Friday, April 25, 2008

MENGANTAR PAK BAMBANG

Akhirnya Pak Bambang mengembuskan nafas terakhir. Penyakit liver yang menggerogotinya, membuatnya kolaps, Senin (21/4) pagi. Selepas makan dua suap misoa bikinan sang isteri, ia tiba-tiba pamitan. Titip anak-anak ke isteri, demikian juga titip isteri ke anak-anak. Sehari kemudian, Bambang Erawan Sastroredjo dipanggil pulang...

Pak Bambang adalah sosok yang cukup gigih melawan penyakitnya. Yang selalu dibilangnya adalah, "Saya orang paling sehat se-Indonesia!" untuk menghadapi rasa sakitnya. Kelemahan fisik itu juga tak membuatnya kehilangan semangat beribadah. Sepanjang masih kuat, ia selalu 'memaksakan diri' pergi ke gereja. Pak Bambang juga bersemangat untuk melakukan mission trip. Kami duduk sebangku dalam perjalanan menuju Sidareja kala itu.

Selamat jalan Pak Bambang... Sampai ketemu di 'reuni besar' semua orang percaya pada pesta pernikahan Anak Domba.***

Wednesday, April 16, 2008

MENJEBOL KEMAPANAN

Masih ingat slogan iklan sebuah produk meubel, “Kalau sudah duduk lupa berdiri?” Realitas inilah yang kini tengah dihadapi gereja. Reformasi yang dipelopori Marthin Luther abad ke-XVI itu barangkali hanya pemantik awal dari gerakan pembaharuan yang akan terus berlangsung di dalam gereja selama berabad-abad.

Kita sepakat dengan Hieraclitus yang mengatakan bahwa tidak ada yang konstan di dunia ini, kecuali perubahan itu sendiri. Ya. Hanya perubahanlah satu-satunya hal yang tidak berubah di dunia ini. Dan ini adalah sebuah peringatan. Bahwa kemudian ada orang yang tidak setuju dan tidak mau berubah, itu masalah yang berbeda.

Allah yang Dinamis
Berbeda dengan konsep kepercayan paganisme (penyembah berhala), Allah dalam kekristenan adalah Pribadi yang dinamis. Ia bukan Allah yang tinggal diam sebagaimana patung atau benda sesembahan lainnya. Tuhan kita adalah Allah yang dinamis.

Karena Ia Allah yang dinamis, ia menyukai proses. Kehidupan manusia sebagai ciptaan termulia pun merupakan sebuah proses. Dibentuk di dalam kandungan, dilahirkan, menjadi kanak-kanak, remaja, pemuda dan seterusnya sampai dewasa. Allah tidak menghendaki umatNya berhenti pada satu titik dan berkata ‘cukup’ atau ‘puas’ kemudian tidak mau bertumbuh lagi.

Lihatlah bahwa Ia menuntut kita untuk, “Berubahlah oleh pembaharuan budimu…” (Roma 12:2). Itu berarti Ia adalah Allah yang tidak menghendaki stagnasi. Kemandegan dalam penjara kemapanan bukanlah ide yang berasal dari Allah.

Gereja dan Reformasi
Tanpa bermaksud menghakimi, ada banyak gereja masa kini yang puas dengan apa yang telah dialami dan dihasilkan. Pada titik tertentu, kepuasan itu memang penting untuk mensyukuri pertolongan Tuhan. Eben Haezer. Tetapi jika kepuasan itu membuat gereja berhenti, pada gilirannya kepuasan itu justru akan menjadi mesin penghancur yang efektif bagi gereja sendiri. Kehancuran, boleh jadi, bukanlah sebuah usaha sistematis dari luar. Tetapi justru sebuah proses pembusukan yang datangnya dari dalam.

Itu sebabnya gereja perlu mengikuti pergerakan Tuhan. Apa yang menjadi kehendak dan rencanaNya bagi gereja harus terus-menerus dicari. Goal akhir menjadi seperti Kristus akan dilewati dalam babak demi babak oleh gereja. Jika bagian demi bagian itu tak diikuti, bukan mustahil gereja akan menjadi institusi yang tidak saja ketinggalan zaman, tetapi juga akan ditinggalkan pengikutnya.

Seberapa Cepat Prosesnya?
Jawaban untuk pertanyaan ini tentu relatif. Cepat atau tidaknya akan bergantung pada respon gereja itu sendiri. Semakin gereja memahami ‘kehendak Allah pada zamannya’, semakin cepat pula proses pertumbuhan ke arah kedewasaannya.

Sebagian orang mungkin menjadi tidak sabar dan menghendaki revolusi. Entahlah, apakah kerinduan ini akan terwujud atau tidak? Agaknya Tuhan memang memiliki waktu tersendiri untuk melakukannya. Kita tidak punya kuasa apa-apa untuk mengusiknya.

Yang perlu dipersiapkan gereja, --dalam pengertian ‘orang’, bukan hanya institusi— adalah sikap sedia untuk menghadapi setiap perubahan. Kesiapan itu meliputi pemahaman seutuhnya mengenai kehendak Allah. Bukan sekedar ‘latah’ mengikuti arah angin tanpa memahami latar belakang permasalahannya. Kerinduan berubah yang berasal dari sekedar ‘latah’ dan dibumbui suasana emosional belum tentu berasal dari Tuhan. Salah-salah malah akan membuktikan bahwa gereja memang tidak siap berubah.

John Stott, seorang teolog Inggris mengatakan, “Yang paling penting dalam kehidupan ini adalah mengetahui kehendak Tuhan dan berjalan dalam kehendakNya itu!” Pemahaman kita akan kehendak Tuhan sangat dipengaruhi oleh hubungan yang kita bangun denganNya. Semakin intim dengan Tuhan, semakin kita mengenal kehendakNya.

Itu sebabnya, daripada Tuhan membongkar kemapanan kita, ada baiknya kita yang lebih dulu menyelaraskan diri dengan pergerakanNya.***

Thursday, April 10, 2008

Hari Ini, 32 Tahun Lalu...

Matur nuwun Gusti, karena diberi kesempatan menjejaki tahun ke-32 dalam kehidupan saya. Masih sedikit dan belum cukup berarti apa yang saya lakukan. Kesempatan yang membentang di depan, ingin saya gunakan untuk sesuatu yang berarti bagi-Mu.

Terima kasih untuk perhatian yang diberikan. Di bawah ini, mengekor apa yang dilakukan Mr. Argo, saya sertakan wujud perhatian mereka melalui sandek yang mampir di telepon seluler saya:

"Yakob Nahuway, Rubin Adi, Ir. Niko, Gilbert, Benny Hinn dan saya, Icha Sianturi, mngucpkan HAPPY B'DAY to P'JOKO, jadilah pemenang bersama Sang Pemenang. Jb" (Icha Sianturi - 085294335XXX)

"Shalom, Yudhi mengucapkan SELAMAT ULANG TAHUN kpd. Bpk. JOKO P, M.Th. Mazmur 21:4-5. GBU" (Yudhi - 081322761XXX)

"Shlm n happy B'Day pa! Kirax Thn trus membri kekutn dlm melakukan sgala aktfts yg diprcykan ps Bp n sks slalu. GBU" (Tak Dikenal - 081321663XXX)

"Shalom, met pgi pak... Met "ULTAH" Tuhan Yesus M'berkati, Tq, aris'halawa" (Aris Halawa - 085222954XXX)

"no card, no gift, no parcel, just sms, represent everything... just want to say: Happy b'day Mr. Joko P. Numbers 6:24-26, From: Ribka" (Ribka - 081349068XXX)

"Shalom, hr ini usia p Joko ditambahkan 1th. Biarlah Tuhan yang menyertai segala sesuatu. Tuhan Yesus memberkati pelayanan, keluarga maupun kesehatan. Jonathan n fam." (Ko Jonathan)

"Slmt pagi n slmt Ulang Tahun p.Joko, biarlah berkat n pengurapan Tuhan terus melimpah dlm hidup kelg n pely bp.Gbu." (Pak Jusuf)

"Happy Birthday! Semoga panjang umur & sukses selalu. Biar berkat Tuhan terus limpah buat Pa Joko & keluarga. GBU" (Tak Dikenal)

(Ada banyak sms lagi yang sengaja tak saya tampilkan, terlalu banyak untuk saya tuliskan...)

Saya amati, seluruh sandek di atas adalah doa. Harapan saya, Tuhan mengabulkan setiap permintaan yang ada di dalamnya. Sekali lagi... matur nuwun untuk semuanya

Wednesday, April 09, 2008

MILIK KITA SEUTUHNYA

“Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal”.

Kalimat di atas adalah pernyataan Tuhan Yesus kepada perempuan Samaria. Maknanya teramat dalam. Yang dibicarakan di sini adalah soal hidup kekal, termasuk di dalamnya masalah “rahasia” yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang percaya. Rahasia besar tentang kepastian kemenangan dalam mengikut panggilan Tuhan.

Adalah si Asep, perjaka yang dua tahun lalu berlutut dan menyerahkan dirinya kepada Kristus dalam sebuah KKR. Hidupnya berubah total. Dulunya dia adalah pemuda brandalan, kini telah berubah menjadi pemuda gereja pujaan. Dulu tidur di pos ronda, sekarang tiap malam tidur di gereja. Tapi di pihak lain, di tempat kerja bossnya jadi kurang simpati. Iapun digeser dari posisinya yang strategis. Konsekuensinya, sumber-sumber finansialnya menyusut. Seperti hendak menambah runyam situasi, pacarnya yang hendak dinikahinya, mendadak memutuskan hubungan. Ditambah lagi dengan sakitnya sang ibu di kampung yang tak kunjung sembuh. Komplit.

Awalnya si Asep tegar. Tetapi hal itu hanya bertahan sebentar. Sukacitanya mulai mengering. Gairah kerja, apalagi ibadah berkurang drastis. Tak lama, Asep ditemukan tewas gantung diri di kamar kostnya. Seutas tali jemuran telah mengakhiri hidupnya.

Kembali ke ayat yang kita kutip di atas, menegaskan bahwa karunia keselamatan merupakan jawaban atas kebutuhan manusia yang paling mendasar. Anugrah Allah telah menyegarkan dahaga jiwa kita, sama seperti air yang menyegarkan kehausan jasmani. Menurut Injil Yohanes, inilah yang terjadi ketika seorang menerima Kristus sebagai Juru Selamat, menerima anugrah keselamatan. Bagaimana dengan si Asep? Apakah air hidup itu telah diterimanya? Rahasia besar menyelimuti kisah pemuda tadi. Bukan perkara mudah untuk menjawabnya.

Memang manfaat “segelas air” dengan “mata air” sangatlah berbeda. Yang pertama menekankan hal yang sementara, tetapi yang terakhir berbicara tentang sumber yang tak pernah habis. Kekuatan dan usaha manusia dapat menghasilkan kepuasan, tetapi pastilah untuk sementara. Narkoba memang menciptakan “kepuasan”. Sayangnya, ia tak melenyapkan kepedihan, hanya sekedar mengelabui. Itu sebabnya para penggunanya harus mengkonsumsinya lagi, dan lagi, dan lagi. Begitu seterusnya, semakin sering dan semakin banyak. Tiba saatnya, benda haram itu tak memberi kenikmatan lagi, tetapi menyisakan kehancuran.

Tuhan tak pernah bermaksud menjadikan aliran-aliran air hidup yang memberi kemenangan hidup bagi manusia itu untuk segelintir orang saja. Kesempatan ini diberikan kepada kita semua. Selain keselamatan, dikaruniakanNya juga kemampuan untuk hidup sebagai umatNya.

Sayangnya pengalaman sehari-hari memang tidak selalu mencerminkan kebenaran di atas. Yang kalah lebih banyak daripada yang menang. Tuhan mengingatkan bahwa air itu akan “terus-menerus” memancar. Kemenangan seharusnya menjadi pengalaman setiap kali, bukan sekali-kali. Jadi toh kalau kita maih jatuh juga dalam kekalahan, di mana letak kesalahannya?

Faktornya bisa beragam. Pertama, kita sering menganggap bahwa pencobaan yang kita alami amatlah berat dan melampaui kekuatan kita. Seakan-akan kita ditakdirkan untuk kalah. Firman Tuhan mengingatkan bahwa kita sudah punya perlengkapan rohani untuk menghadapi peperangan melawan iblis. Untuk setiap godaan iblis, Tuhan telah menyiapkan jurus tandingan yang dikaruniakan bagi kita.***
Pdt. Dr. Barnabas Ong
TERANGNYA BERSINAR DI NEGERI ORANG

”Kita tidak dipanggil untuk menjadi terang di Kecamatan! Kita dipanggil menjadi saksi sampai ke ujung bumi, ke seluruh dunia,” papar Pdt. Barnabas dalam sebuah khotbahnya. Panggilan utama orang Kristen untuk bangkit dan bersinar ini memang berulangkali ditekankannya. Tak heran kalau ia berkesempatan untuk melanglang buana ke empat benua untuk memberitakan Injil.

Kini, ia menetap di negeri Kangguru, Australia, juga dengan kerinduan yang sama: agar Injil sampai kepada semua bangsa. Hal itu didasari pada keyakinan bahwa panggilan Kristus adalah memberkati dunia secara global. Globalisasi ternyata merupakan panggilan Kristus sejak dari mulanya. Orang Kristen yang berada di luar negeri merasa yakin bahwa keberadaannya di luar tanah air haruslah menjadi berkat.

Bahkan misi Indonesia di Australia sudah menetapkan sasaran-saran yang jelas. Pertama, mereka harus memberitakan Injil kepada orang-orang Indonesia yang tinggal di Australia. Kedua, Injil harus diberitakan kepada masyarakat pendatang di Australia. Ketiga, yang paling penting dari semuanya adalah memenangkan bangsa Australia.

Meski memiliki keterbatasan fisik dalam penglihatan, Dr. Barnabas tak pernah surut untuk tetap memberitakan Injil. Ia bertekad bahwa cacat fisik bukan halangan untuk terus maju. Dengan tekadnya pula ia kemudian merintis sebuah wadah pendidikan teologi di negeri orang Aborigin itu. Maka berdirilah Indonesian Mission Institute (IMI) atas kerja sama dengan Allan Walkers College of Evangelism (Sydney) dan Sekolah tinggi Teologi Kharisma (Bandung). Melalui lembaga ini diharapkan pemimpin-pemimpin gereja Indonesia di Australia akan lebih mantap bertumbuh dan berkembang dalam penginjilan. Dan harapan menghasilkan pemimpin itu menjadi kenyataan ketika pada bulan Oktober 2002, IMI dan STT Kharisma telah berhasil mengadakan wisuda yang pertama. Ada enam mahasiswa yang mencapai gelar Master of Arts (MA) dan lima mahasiswa Diploma Teologi.

Tak mudah memimpin jemaat di luar negeri. Dr. Barnabas mencatat beberapa syarat khusus seperti mampu berbahasa Inggris, mengenal budaya setempat, kuat dalam kepemimpinan dan semangat dalam penginjilan. Hal inilah yang dilakoni dan diajarkannya kepada mahasiswanya.

Demikianlah Dr. Barnabas menghidupi panggilannya di negeri Darlene Zschech ini. Ia, paling tidak, telah mematahkan asumsi bahwa Injil adalah berita yang dibawa orang-orang Barat ke Timur. Injil adalah berita bahagia untuk semua bangsa dan bukan bagian dari budaya Barat. Terang Injil harus menjadi bagian semua bangsa. Berdasarkan pemahaman itu, sudah waktunya Injil dibawa kembali dari Timur ke Barat. (jp)

Wednesday, April 02, 2008

RAPTURE (PENGANGKATAN) DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP ETIKA KRISTEN


Rapture menjadi isu penting dalam pembahasan mengenai Eskatologi. Karena pentingnya, masalah ini sering diberi porsi yang lebih oleh para penafsir dan peneliti Alkitab ketika mengemukakan opininya tentang masalah-masalah yang berkenaan dengan akhir zaman. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan tentang rapture atau “pengangkatan” dari sisi etimologis (pencarian tentang makna dan arti dari sisi bahasa), tetapi lebih bertekanan kepada aspek praktis dan mencari implikasi dari istilah rapture itu sendiri. Juga tidak sedang mencari jawaban atas pertanyaan kapan peristiwa itu akan terjadi, karena masih banyak perdebatan dalam hal ini.

Sesungguhnya, apakah memang ada hubungan antara etika Kristen dengan rapture? Pertanyaan itu memang lebih sering mengemuka dan mendesak untuk dijawab. Sepintas, kedua masalah itu tidak saling berhubungan. Rapture berbicara tentang tindakan Kristus dalam sebuah titik waktu pada masa yang akan datang untuk memberikan kepada gereja-Nya hakikat dan posisi baru. Mengangkat gerejaNya untuk menjadi mempelai wanita dan kemudian berlangsung pesta perjamuan kawin Anak Domba. Sedangkan Etika Kristen bersangkut paut dengan keputusan dan tindakan orang Kristen di dalam proses hidupnya pada masa kini. Orang Kristen diperhadapkan pada keputusan-keputusan tentang benar dan salah, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Dan semua itu terjadi pada masa kini.

Keyakinan awal yang hendak kita kembangkan di sini adalah bahwa tindakan dan perilaku orang Kristen pada masa kini akan berdampak pada kehidupannya pada masa mendatang. Tidak ada satu perilakupun yang akan terlepas dari penilaian dan penghakiman Tuhan. Tentu saja kita semua tahu bahwa perbuatan seseorang tidak akan berpengaruh terhadap keselamatannya. Maksudnya, segala perbuatan manusia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Bukan untuk menjadi dasar penilaian apakah ia layak masuk sorga atau tidak, tetapi untuk mengukur seberapa besar mahkota yang akan diterimanya.

Pada masa kini, orang Kristen menghadapi banyak sekali pergumulan etis kontemporer. Dunia yang terus berkembang membawa kesulitan-kesulitan baru bagi kita untuk mengambil keputusan etis. Sikap terhadap aborsi (pengguguran bayi), ketaatan pada pemerintah, peperangan dan isu-isu tentang pernikahan dan perceraian, mungkin telah selesai dirumuskan, meski tidak steril dari pro dan kontra. Tetapi kesulitan yang baru muncul ketika di beberapa negara kaum gay mulai dengan lantang menyuarakan haknya. Para lesbian dan homoseks menuntut haknya untuk bisa diberkati ‘pernikahannya’ secara legal di dalam gereja. Kemudian masalah kloning yang juga masih menjadi kontroversi publik. Bagaimana gereja harus menentukan sikapnya? Sampai saat ini, belum ada sikap yang seragam di dalam gereja terhadap kasus ini. Belum lagi problem-problem kontemporer lain semacam eutanasia, isu-isu biomedis dan sikap orang Kristen terhadap pemeliharaan ekologi (lingkungan). Orang Kristen masih terus mencari rumusan sikap dan tindakan yang harus diambil menghadapi masalah-masalah baru ini.

Hubungannya dengan rapture? Kepada jemaat di Tesalonika, Paulus menegaskan bahwa hendaknya rapture disampaikan sebagai berita penghiburan bagi jemaat (1 Tes. 4:16-18). Tak terelakkan bahwa saat pengangkatan tersebut adalah saat-saat yang membahagiakan orang Kristen. Ketika gerejanya diberi tubuh baru dalam sekejap dan dilepaskan dari segala bentuk penderitaan dunia. Tubuh kemuliaan yang tidak lagi mengenal sakit penyakit, penderitaan dan air mata. Berangkat dari keyakinan ini, kita termotivasi untuk terus berjuang menghadapi segala problem etis yang terjadi. Semua yang harus terjadi pada masa kini bukanlah peristiwa-peristiwa yang tidak akan berakhir. Akan ada saat-saat di mana pergumulan etis semacam ini akan dihentikan. Keputusan-keputusan etis yang diambil orang Kristen setiap hari harus dilihat sebagai kewajiban yang tak terelakkan. Merupakan ‘salib’ yang harus dipanggul setiap hari sebagai konsekuensi hidup di dunia, meskipun kadang berat dan sulit.

Peristiwa rapture tidak hanya berhenti pada sebatas penggantian tubuh baru semata-mata, tetapi akan diikuti dengan serangkain peristiwa yang lain. Pernikahan Anak Domba dengan gereja sebagai mempelai perempuan-Nya, ‘reuni’ besar orang-orang yang ditebus-Nya dan pembagian mahkota, akan mengikuti peristiwa rapture. Kita kembali kepada keyakinan semula bahwa setiap perbuatan dan tingkah laku manusia (yang sebenarnya merupakan sebuah keputusan etis) akan dipertanggungjawabkan di hadapan takhta pengadilan Kristus. Kalau kita melihat hal ini, tentu saja kita dimotivasi untuk melakukan apa saja yang terbaik bagi Tuhan. Semangat asal-asalan dan tanpa dasar yang benar dalam mengambil sebuah keputusan etis, sudah waktunya untuk ditinggalkan. Dasar kita untuk menilai dan menyikapi sesuatu harus dikembalikan kepada kebenaran Firman Tuhan, sambil terus menantikan saat-saat membahagiakan tersebut, di mana Tuhan mengatakan, “baik sekali perbuatanmu, hai hamba-Ku yang setia!”***