Wednesday, December 15, 2010

MAXIMUM IMPACT

Influenza tercatat sebagai salah satu penyakit pandemik tertua di dunia ini. Bukan hanya tertua, tetapi wilayah cakupannya juga sangat luas meliputi seluruh dunia. Keberadaan penyakit inipun telah dideteksi oleh Hippocrates, salah seorang peletak dasar ilmu kedokteran dunia, lebih dari 2000 tahun yang lalu. Banyak obat telah dihasilkan kemudian, dari generasi ke generasi, untuk menangkal virus influenza. Bukannya berhenti, jenis penyakit ini malah ‘melahirkan’ penyakit turunannya semacam flu babi, flu burung, flu tulang, flu Hongkong, dll.

Kata ‘influenza’ sendiri berasal dari istilah Latin yang berarti ‘pengaruh’. Dari kata inilah istilah influence dalam Bahasa Inggris muncul. Zaman dahulu kala, orang yang terjangkiti influenza dipercaya terpengaruh oleh nasib buruk berdasarkan ramalan perbintangan (astrologi). Di kemudian hari, diyakini juga bahwa pengaruh cuaca yang dingin dapat mengakibatkan influenza. Setiap orang yang menderita influenza, dengan demikian, sedang terkena pengaruh.

Dalam kasus yang hampir sama, meski berbeda hal, Coca-Cola juga menorehkan pengaruh yang luar biasa terhadap dunia. Pada 8 Mei 1886, John Styth Pemberton, seorang ahli frmasi dari Atlanta, Georgia, USA memperkenalkan campuran sirup karamel yang kemudian tenar dengan istilah Coca-Cola. Dari sebuah industri kecil, minuman ringan ini kemudian merambah wilayah yang lebih luas, berkelana ke seantero dunia. Hari ini, setidaknya 1 milyar botol diminum orang setiap harinya di seluruh dunia. Rasanya setiap kepala di dunia ini pernah merekam Coca-Cola di dalam otaknya, meskipun belum pernah meminumnya.

Yesus Kristus mengajarkan bahwa kehidupan Kristen adalah kehidupan yang menularkan pengaruh. Banyak perumpamaan disampaikanNya untuk menjelaskan prinsip pengaruh ini. Yesus berbicara tegas tentang garam dan terang. Ia juga menyatakan bahwa tak mungkin menyembunyikan pelita di bawah gantang. Dalam perkembangan lain, Ia mengumpamakan pengaruh Kerajaan Allah di muka bumi ini seperti ragi yang sedikit tetapi mempengaruhi adonan secara merata. Di bagian lain, Alkitab pun mencatat bahwa kita adalah surat Kristus yang terbuka. Kita juga dipanggil untuk memancarkan bau harum Kristus. Inilah panggilan setiap orang percaya: menjadi pengaruh! Ya, dengan pengaruh yang maksimal, maximum impact.

Cobalah tengok, Yesus tak pernah menginginkan pengaruh kita dibatasi oleh ranah yang sempit. Sebaliknya, Ia mau pengaruh kita tertular kepada dunia. Kala memberi Amanat Agung, Ia menandaskan tentang “semua bangsa” – “segala makhluk”. Memang semuanya diawali oleh sebuah wilayah yang kecil dan sempit. Hal ini terlihat dalam Kisah 1:8 yang memulai memancarkan pengaruh Injil dari Kota Yerusalem, seluruh Yudea, berlanjut ke Samaria dan akhirnya ujung bumi.

Rahasia panggilan ini besar! Ini anugrah yang sangat luar biasa karena kita yang berdosa, ditebus, diselamatkan dan kemudian diutusnya. Di sisi lain, anugrah itu juga meletakkan tanggung jawab di pundak kita. Perlu sebuah kesiapan matang untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab ini. Tidak banyak waktu lagi untuk mengesampingkan amanat ini. Sudah waktunya untuk membekali diri dengan seluruh perlengkapan rohani kita sebagai orang-orang yang berpengaruh. Milikilah integritas tinggi, kinerja terbaik, pelayanan total. Semuanya demi maximum impact!***

Tuesday, December 07, 2010

BAYAR HARGA UNTUK RAJA

“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3:20)

Festival Keraton Internasional yang sedianya dihelat 26 September lalu di Solo, urung digelar. Menurut Disbudpar Kota Solo, acara ini ditunda pelaksanaannya hingga waktu yang belum bisa ditentukan karena terkendala biaya yang belum cair sebesar 2 miliar rupiah. Pemkot Solo mengharapkan agar 20% dana itu dicairkan dari APBD dan 80% sisanya bisa didapat dari pihak sponsor. Tetapi hingga batas waktu yang ditentukan, belum ada pihak sponsor yang bersedia membantu. Dana itu dicadangkan untuk menjamu dan menyiapkan akomodasi 20 Raja dari negara lain dan 50 raja dari Indonesia.

Menyambut tamu, apalagi jika mengetahui bahwa tamu yang bakal datang adalah seorang raja, memerlukan persiapan yang matang. Sebagai tuan rumah, perlu memikirkan kebersihan tempat penyambutan. Persiapan jamuan terbaik pun mendesak untuk dilakukan. Semuanya harus tampil prima untuk menghormati dan menghargai sang tamu.

Tahukah Anda Sahabat, bahwa Natal yang setiap tahun kita peringati ini adalah sebuah penyambutan juga untuk Raja Kemuliaan yang datang? Sama seperti persiapan terbaik kita lakukan untuk tamu kehormatan khusus, tentu hal ini juga kita lakukan untuk Sang Kristus. Bedanya, Ia tidak menuntut akomodasi dan makanan enak untuk dihidangkan. Satu-satunya ‘akomodasi’ yang dibutuhkannya adalah hati kita. Lebih dari itu, bukan kita yang menghidangkan makanan bagi-Nya, justru Dialah yang mengajak kita makan sehidangan dengan-Nya.

Tunggu apa lagi? Buka hati Anda lebar-lebar bagi Raja Kemuliaan yang datang itu. Selamat Natal! [JP]

NATAL ADALAH PESTA PENYAMBUTAN BAGI SANG RAJA
GENG CENGENG

“Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.” (2 Korintus 5:10)

Belasan anggota geng motor baru saja beraksi dengan mengobrak-abrik dan menjarah sebuah mini market. Aksi mereka diketahui aparat kepolisian dan akhirnya beberapa diantara mereka tertangkap tangan. Tak segagah dan seganas ketika beraksi di jalanan, ternyata anggota geng yang kerap meresahkan itu mewek, menangis tersedu kala diinterogasi. Mereka dimintai pertanggung- jawaban atas perbuatan melawan hukum yang telah mereka lakukan.

Banyak orang yang berani berbuat tetapi tidak berani bertanggung jawab. Tanpa berpikir panjang melakukan apa saja sekehendak hati, tetapi ketika dimintai keterangan, responsibilitasnya lenyap.

Ngomong-ngomong tentang pertanggung-jawaban, salah satu agenda utama dari kedatangan Kristus kedua kali bagi umat-Nya adalah untuk “menghakimi” mereka yang percaya kepadaNya. Dihakimi bukan untuk divonis hukuman, tetapi untuk mendapatkan upah sesuai dengan apa yang sudah dikerjakan selama hidup di dunia.

Dia telah datang di First Noel, lebih dari 2000 tahun yang lalu, sebagai Juru Selamat dan Tuhan atas umat manusia. Selanjutnya Ia yang telah naik ke Sorga itu akan datang kembali sebagai Hakim yang adil. Adakah apa yang kita lakukan kini sebagai orang-orang ketebusan telah benar-benar mempersembahkan perbuatan yang siap dipertanggung-jawabkan di hadapan takhta pengadilan-Nya? Jauh lebih baik kita ‘menangis’ kini ketika menyangkal diri dan memikul salib, daripada kita ‘menangis’ kelak di hadapan Tuhan karena tak satupun mahkota kita dapat. Bukankah begitu? [JP]

SEMUA TINDAKAN KITA AKAN DIPERTANGGUNGJAWABKAN DI DEPAN PENGHAKIMAN-NYA
LEBIH BERHARGA DARI SANDAL

“Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:45)

Ada sebuah SMS tentang anak hilang: Dicari, anak hilang dengan ciri-ciri rambut hitam agak ikal, kulit hitam, usia 7 tahun, ketika pergi menggunakan kaos merah, bercelana pendek kotak-kotak dan bersendal crocs kebesaran. Anda yang menemukan anak tersebut mohon segera memberi kabar karena sandalnya mau dipakai. Terima kasih...

Ah, saya sudah serius menyimak berita itu dari awal, ternyata hanya jokes belaka. Masakan sepasang sandal jauh lebih diperhatikan daripada anak hilang? Tetapi jika mau jujur diperhatikan, faktanya memang demikian. Benda atau binatang kadang jauh lebih dihargai daripada manusia sebagai ciptaan yang paling luhur. Orang bisa stress jika kehilangan barang kesayangannya, tetapi datar-datar saja jika melihat anak jalanan kelaparan. Ada juga yang begitu bersedih hati berlebihan ketika binatang kesayangannya mati karena kecelakaan, tetapi bersikap biasa saja ketika melihat pengemis tewas kecelakaan di jalan.

Sahabat, kita perlu mengingat bahwa manusialah yang menjadi pusat rencana-Nya. Manusia jugalah yang menjadi obyek kasih-Nya jauh melebihi kasih-Nya terhadap ciptaan yang lain. Ia merelakan Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, untuk mati bagi manusia, bukan untuk menebus yang lain.

Karena itu, ubahlah fokus belas kasihan kita yang mungkin keliru sementara ini dengan lebih menghargai benda/binatang melebihi jiwa yang terhilang. Dan untuk itu kita tidak butuh terlalu banyak teori. Doakan mereka yang terhilang dan selanjutnya mewujudnyatakan kasih Allah bagi mereka. [JP]

SEBURUK APAPUN PENAMPILAN MANUSIA, IA TETAPLAH CIPTAAN ALLAH TERMULIA