Tuesday, June 14, 2011

TUHAN, BISAKAH KITA NGOPI BERSAMA?

“Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.” (Mazmur  103:13)

Terus terang saja, kadang-kadang saya sering ‘iri’ dengan mereka yang sebentar-sebentar menyatakan, “Saya mendengar suara Tuhan...” Atau “Tuhan berkata kepadaku...” Sepertinya mereka punya hubungan yang begitu karib dengan Tuhan, sehingga Ia memberikan semacam ‘hak khusus’ untuk berbicara kepada mereka. Mengapa saya tidak, atau belum pernah, mengalami hal demikian?

Dalam pencarian jawaban atas pergumulan di atas, imajinasi saya acap mengembara. Saya suka membayangkan bahwa Tuhan adalah Pribadi yang oke untuk diajak ngobrol. Dalam gambaran saya, Ia bukan Pribadi kaku yang selalu serius, tetapi mau juga menghampiri kita dalam suasana yang lebih santai. Sekadar membicarakan perkembangan gadget terbaru atau juga ngobrol ringan sambil ngopi tentang final liga Champion. Ia pasti juga punya update data album lagu-lagu jazz yang akan dirilis di pasar.

Gambaran-gambaran itulah yang sering mewarnai imaji saya ketika mencoba memaknai hubungan dengan Tuhan. Bagi saya, Ia lebih dari ‘mesin penjawab doa’ yang sering dihampiri dengan rengekan permintaan dan kebutuhan. Ia juga bukan hanya ‘dokter praktek’ bermuka serius yang didatangi ketika sakit-penyakit mendera. Bahkan Ia juga bukan ‘satpam perumahan’ yang biasa dimintai tolong dengan kalimat, “Tuhan, jagai rumahku karena aku akan bepergian ke luar kota sepanjang minggu ini....”

Entah Anda setuju atau tidak dengan imaji saya, tetapi rasanya Ia bukan Sosok yang seperti dibayangkan kebanyakan orang Kristen selama ini. Kalau kita bergaul akrab denganNya, dan Dia adalah Bapa kita, bukankah kita dapat menghampiri dan berjumpa denganNya dengan cara yang berbeda? Tuhan, bisakah kita hang out dan ngopi bareng sore ini? [JP]
JAWABAN UNTUK TOM RENFRO

Tom Renfro adalah penduduk Virginia Utara yang mengidap kanker limfoma stadium 4 di dalam tubuhnya. Kepada istrinya, Sid Renfro, para dokter juga sudah meminta untuk membawa pulang saja suaminya itu dari rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa usia Tom paling lama hanya akan bertahan tiga bulan lagi.

Sid merasa bahwa kehidupannya berhenti demi mendengar vonis mengerikan itu. Satu-satunya hal yang tetap membuatnya bertahan adalah imannya kepada Yesus. Apalagi ditambah dengan doa dan puasa yang dilakukan oleh sekelompok jemaat di gerejanya. Mereka melakukan doa dan puasa selama 40 hari untuk meminta kesembuhan Tom kepada Tuhan.

Suatu kali di tahun 1997, Tom akan menjalani kemoterapi. Sid bermaksud meminta ke dokter untuk mengupayakan segala hal agar suaminya dapat bertahan hidup, setidaknya hingga perayaan Natal di tahun itu. Ia ingin merayakan Natal bersama suaminya untuk yang terakhir kali. Tetapi justru dari kemoterapi itulah terdeteksi bahwa tumor yang diidap Tom sudah meleleh. Kankernya sudah tidak ada lagi. Dokter pun mengakui bahwa ini adalah mujizat yang ajaib. Kanker mematikan telah dilumpuhkan oleh kuasa doa orang percaya yang menggerakkan mujizat Tuhan.
Sahabat, saya percaya bahwa doa bukan hanya berkuasa dalam mengatasi sakit-penyakit. Ini hanya bagian kecil saja dari apa yang bisa terjadi karea doa yang sungguh-sungguh dinaikkan kepada Allah yang hidup. Apapun pergumulan kita, seberat apapun itu menurut kita, semuanya terkalahkan oleh kuasa doa orang percaya. [JP]

PENGORBANAN DAVID LIVINGSTONE

“Ada suatu permintaan lagi kepadamu, saudara-saudara. Kamu tahu, bahwa Stefanus dan keluarganya adalah orang-orang yang pertama-tama bertobat di Akhaya, dan bahwa mereka telah mengabdikan diri kepada pelayanan orang-orang kudus.”  (I Korintus  16:15)

Tidak setiap kita dapat mencapai kondisi ideal seperti yang kita idam-idamkan. Salah satu kerinduan kita sebagai sebuah keluarga, saya rasa, adalah ketika seluruh isi rumah kita terlibat dalam pekerjaan Tuhan. Impian inilah yang ada di benak David Livingstone ketika pergi meninggalkan negerinya untuk menjadi utusan Injil di benua hitam Afrika.

Ia membawa serta seluruh keluarganya untuk melayani di Afrika, tetapi sempat memulangkannya istri dan ketiga anaknya ke Inggris setelah salah seorang anaknya meninggal karena ganasnya medan pelayanan di sana. Langkah Livingstone tak surut. Marry, istrinya, kembali ke Afrika untuk mendukung pelayanan suaminya setelah ketiga anak-anaknya besar. Tetapi kali ini istrinya itu yang terserang demam Afrika yang mematikan. Ia berusaha menolong tetapi kondisi kesehatan istrinya melemah dan memburuk. Istri yang dikasihinya itu pun mengembuskan nafas terakhir. Livingstone mengubur istrinya di bawah sebuah pohon.

Dalam ratapan di buku hariannya, ia menulis: “Yesusku, Rajaku, Hidupku, Segala-galanya bagiku, sekali lagi aku mengabdikan hidupku untukMu! Aku tidak menganggap bernilai segala sesuatu yang kumiliki ataupun segala sesuatu yang dapat kulakukan, kecuali dalam kaitan dengan Kerajaan Kristus!” Saya terhenyak kala membaca kalimat itu. Betapa Livingstone adalah orang yang mengasihi keluarga yang diberikan Kristus, tetapi ia lebih mengasihi Kristus Tuhannya. Ia tidak mundur dari panggilannya meskipun ditinggalkan orang-orang terkasih. Ini adalah bagian dari pelayanan yang harus dilaluinya. Ketika berpidato di Universitas Glasgow, ia berkata mantap: “Satu hal yang menopang saya di tengah-tengah semua kerja keras, penderitaan dan kesepian ini adalah sebuah janji dari seorang pria yang paling luhur yang berbunyi KETAHUILAH, AKU MENYERATI KAMU SAMPAI AKHIR ZAMAN!” [JP]
EQUAL RELATIONSHIP

 “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” (Efesus  6:4)

Sebuah penelitian tentang hubungan anak – orang tua menunjukkan bahwa kecerdasan emosional anak sangat dipengaruhi oleh pola hubungan tersebut. Salah satu pola hubungan terbaik antara orang tua – anak adalah Equal Relationship.
Dalam Equal Relationship, orang tua memperlakukan anak bukan sebagai individu yang kedudukannya lebih rendah melainkan sebagai individu yang setara. Dengan demikian, seorang anak mempunyai lebih banyak kesempatan untuk melakukan evaluasi terhadap segala perilakunya, termasuk dalam hal mengendalikan emosi.
Di sini anak belajar dari pengalaman berinteraksi dengan orang tuanya bahwa selama ini ia diberi kesempatan untuk bersaing ataupun bekerjasama dengan orang tuanya pada situasi tertentu sehingga ia akan belajar mengenali kelebihan dankekurangannya sekaligus belajar untuk mengendalikan emosinya. Melalui proses belajar dari pengalaman sendiri, tanpa terlalu didominasi maupun terlalu didukung, maka seorang anak akan menjadi lebih matang secara emosional. 
Dalam pola hubungan yang lain, anak biasanya ditempatkan lebih rendah dari orang tuanya. Atau sebaliknya, mungkin juga anak selalu mendapatkan support dari orang tuanya, padahal mestinya mereka melakukan sendiri tanpa bantuan orang tua. Bahkan juga ada orang tua yang terlalu dominan terhadap anaknya, sehingga anak-anak merasa tertekan.
Ketika anak-anak mendapatkan rasa aman dan nyaman, mereka akan berkembang secara sehat di dalam segala aspek kehidupan mereka. Jika bukan kita sebagai orang tua, siapa lagi yang akan menolong mereka? [JP]
CERDIK MENGATUR KEUANGAN

 “Orang yang mencintai hikmat menggembirakan ayahnya, tetapi siapa yang bergaul dengan pelacur memboroskan harta.”  (Amsal  29:3)

Seorang pria Tionghoa pergi ke suatu bank di New York City dan berniat untuk meminjam uang $5000 untuk kepentingan perjalanan bisnis ke China selama 2 minggu. Si pegawai mengatakan bahwa bank tersebut membutuhkan suatu jaminan untuk melakukan pinjaman. Kemudian si pria bermata sipit itu membawa mobil Ferrari baru dan diparkir di depan bank sebagai jaminan. Pegawai bank setuju menggunakan mobil mewah itu sebagai jaminan.

Setelah pria Tionghoa tersebut pergi, pemimpin dan pegawai-pegawai bank tersebut menertawakannya karena menggunakan mobil Ferrari baru seharga $250.000 sebagai jaminan terhadap pinjaman sebesar $5000. Petugas bank kemudian memarkir mobil Ferrari tersebut ke dalam underground garage  (garasi bawah tanah) milik bank tersebut. 

Dua minggu kemudian, pria itu kembali dan membayar hutang sebesar $5000 berikut bunganya sebesar $15.41.  Pegawai bank berkata, “Tuan, kami sangat senang bisa berbisnis dengan Anda, dan transaksi ini berjalan dengan lancar. Tetapi kami sedikit bingung. Ketika Anda pergi, kami mengecek siapa Anda dan mengetahui bahwa Anda adalah seorang miliarder. Mengapa anda repot-repot meminjam uang sebesar $5000?” Si pria membalas, “Di mana lagi tempat di New York City yang bisa digunakan untuk memarkir mobil saya dengan aman hanya dengan harga $15.41?” Dan pegawai bank pun mengakui kelihaian pengusaha kaya itu...

Sahabat, Tuhan mengaruniakan hikmat kepada kita untuk mengatur berkat yang dipercayakanNya. Gunakanlah dengan bijak setiap rupiah yang diberikan Tuhan kepada kita, karena suatu kali kelak kita akan mempertanggungjawabkannya. [JP]

PERAN VITAL AYAH

“Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu telah mengenal Dia, yang ada dari mulanya.” (1 Yohanes 2:13, 14)

Dalam buku “Father’s Connection” Josh McDowell mencatat hasil penelitian Dr. Armand Nicholi’s yang menemukan bahwa seorang ayah yang absen secara emosional atau fisik memberi kontribusi negatif kepada seorang anak.  Anak-anak cenderung memiliki: (a) motivasi rendah untuk berprestasi, (b) ketidakmampuan untuk menunda kepuasan langsung demi ganjaran di kemudian hari, (c) harga diri yang rendah, dan (d) kerentanan terhadap pengaruh kelompok dan kenakalan anak-anak. 

Sebaliknya, pada saat yang sama penelitian lain menunjukkan bahwa kaum muda yang “sangat dekat” dengan orang tua mereka kemungkinan besar: (a) Merasa lebih puas dengan hidup mereka, (b) Tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah, (c) Mendukung standar-standar kebenaran dan moralitas Alkitabiah, (d) Pergi ke gereja, (e) Membaca Alkitab dengan konsisten, dan (f) Berdoa setiap hari.

Dari dua penelitian di atas kita dapat membaca sebuah data bahwa ayah memiliki peranan yang sangat vital di dalam perkembangan anak secara mental maupun spiritual. Anak-anak membutuhkan kehadiran seorang ayah lebih dari sekedar uang yang telah diberikan kepadanya. Anak-anak mengeja kata K-A-S-I-H dengan W-A-K-T-U; karena bagi mereka kasih hanya dapat dibuktikan dengan seberapa banyak waktu yang diberikan oleh orang tuanya.

Karena itu Sahabat, alokasikan lebih banyak waktu untuk bercengkerama dengan anak-anak Anda. Bangunlah sebuah komunikasi yang lebih sehat dengan buah hati Anda dan miliki kedekatan yang kian meningkat setiap hari. Halo para Ayah... Anda ingin anak-anak Anda menjadi perkasa di bumi bukan? [JP]